Membahas “Nusantara” bersama 11 narasumber dengan 11 sudut pandang berbeda: reposisi, kritisisme, teori, sejarah, kurasi, cerita, tulisan, rekonstruksi – budaya, ruang publik, filosofi dan refleksi.
Ada beberapa cara untuk membicarakan arsitektur, salah satunya adalah dengan berwacana melalui cara-cara yang kontemplatif; melihat ke dalam diri sendiri dengan melibatkan pengalaman nyata, dan melakukan proses redefinisi istilah yang menjadi sifat dasar sudut pandang keilmuan. Kuliah ini adalah cerita berbagi pengalaman pribadi setiap narasumber di dalam proses memahami tiap-tiap bagian wacana. Wacana di dalam arsitektur bisa diibaratkan sebagai sebuah sistem berpikir, ide-ide atau pemikiran yang membentuk kemampuan untuk menalar. Wacana menghadirkan percakapan subjek-subjek melalui medium referensi, esai, bahasa dan praktik yang berpotensi melahirkan perspektif baru. Wacana adalah kunci untuk membuka pintu kreativitas di dalam dunia arsitektur.
“Nusantara” tidak seharusnya menjadi hal yang kaku, terlebih beku. Justru sebaliknya, proses perdebatan panjang diperlukan dalam meramu benang merah tentang apa, untuk siapa, atau bagaimana seharusnya arsitektur dikibarkan di bumi Indonesia. Sebuah celah potensi demi terciptanya sebuah perubahan, atau inovasi bagi arsitektur Indonesia yang mengakar.Bentuk adalah hasil dari produksi pengetahuan arsitektur. Untuk memproduksi pengetahuan arsitektur melalui bentuk diperlukan pemahaman mengenai mengapa satu bentuk dibuat, dan apa dampak dari bentuk tersebut.
Wacana Nusantara – 11 Refleksi
Nusantara bagaikan air danau yang jernih ditempat yang sepi dan sunyi namun penuh dengan kesegaran alam. Air danau yang tenang karena dalam, jernih karena tanpa polusi pikiran dan kehendak-kehendak kotor. Air danau yang mencerminkan segala tingkah laku kita. Air danau yang menyerap dan memantulkan apa yang kita pikir dan kerjakan..Kita…
Wacana Nusantara – 10 Filosofi
Diskusi tentang Arsitektur Nusantara selalu menarik karena “Arsitektur Nusantara” ini secara eksplisit maupun implisit diungkapkan sebagai sebuah Entitas atau Being yang selayaknya memiliki karakter, identitas, bahkan DNA tersendiri. “Arsitektur Nusantara” seharusnya bahkan memiliki posisi yang lebih dari sekedar senarai Arsitektur DI Nusantara, dan ini tidak terlepas dari bagaimana kita melihat…
Wacana Nusantara – 09 Ruang Publik
Keunikan masyarakat Indonesia mengartikulasikan ruang publik ditengarai sudah berlangsung sejak pra-kolonial. Masing-masing etnis memiliki cara berbeda namun memiliki benang merah dalam mengartikan sebuah teritori, yang tidak jarang akhirnya membawa diskursus tersendiri tentang programming. Fenomena Pasar Apung di Kalimantan, alun-alun di Jawa, serta juga catatan Thomas Raffles mengenai tidak singularnya aktivitas…
Wacana Nusantara – 08 Rekonstruksi-Budaya
Rekonstruksi budaya adalah memahami aspek adaptasi, perubahan, serta apa yang bertahan pada suatu karya budaya silam. Dalam hal ini, artefak sebagai karya (produk) budaya merupakan hasil gagasan dan proses tingkah laku. Terutama perihal interaksi manusia terhadap keseluruhan aspek karya budaya. Demikian halnya bangunan sebagai artefak dan materi budaya; yang secara…
Wacana Nusantara – 07 Tulisan
Menulis adalah kemampuan khusus manusia yang berperan penting dalam mengembangkan peradaban. Sejumlah sifatnya yang khas menjadikan menulis berbeda dengan berbicara. Meskipun keduanya sama-sama bersifat verbal dan bertumpu pada kemampuan linguistik manusia, bahkan tak semua bahasa memiliki sistem penulisan. Dengan menulis, manusia mengembangkan kemampuan untuk menyimpan atau merekam ujaran melalui suatus…
Wacana Nusantara – 06 Cerita
Storytelling atau “menyampaikan cerita” sesungguhnya bermula dari Tradisi Lisan. Menyampaikan cerita berarti bercerita atau menceritakan secara langsung dengan lisan. Di sinilah kita bisa menggali lagi otentisitas storytelling yang berpijak pada tradisi lisan, yang berbeda dengan storytelling dari Tradisi Tulisan. Dalam tradisi tulisan, ketika kita berhadapan dengan cerita, kita memposisikan cerita…
Wacana Nusantara – 05 Kurasi
Pada suatu bait dari sebuah puisi karya Rudyard Kipling yang dimuat dalam tulisannya berjudul ‘Just So Stories’ yang diterbitkan tahun 1902 yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah metode yang dikenal dengan ‘Metode (Bertanya) 5W1H’ (What, Who, When, Where, Why, How). Teknik ini memungkinkan kita untuk memahami situasi, melihat masalah dengan menganalisis…
Wacana Nusantara – 04 Sejarah
Kelas ini akan menelusuri khazanah arsitektur vernakular, etnik, dan/atau Nusantara melalui peristiwa-peristiwa sejarah, cara pandang yang mungkin akan membuat kita mempertanyakan ulang asosiasi karya-karya arsitektur di dalamnya dengan berbagai karakteristik seperti lokal, asli, anonim, spontan, tradisional, dan lain sebagainya. Berfokus pada abad ke-20, saya akan membahas bagaimana produksi arsitektur tersebut…
Wacana Nusantara – 03 Teori
Tidak dapat dipungkiri lagi; setidaknya dalam dua dekade terakhir, Arsitektur Nusantara telah berkembang pesat dari sekedar wacana pinggiran menjadi primadona media arus utama. Dalam prakteknya; Arsitektur Nusantara-pun telah mampu bermetamorfosa dari insiden kawin-paksa bangunan-bangunan pemerintahan yang berbadan modern dan beratap tradisional, menjadi khasanah arsitektur multifungsi kontemporer yang tampil luwes dan…
Wacana Nusantara – 02 Kritisisme
Arsitektur Nusantara mungkin adalah salah satu topik “tersekel” dalam gelangang wacana arsitektur di Indonesia. Terlepas dari tanggapan pro-kontra nya wacana ini seperti tak terelakan untuk mendapat lirikan, bahkan dari yang memandangnya secara kritis. Diskusi ini diawali dengan sebagai sebuah upaya positif mewacanakan keunikan karakter arsitektur yang berada di dalam wilayah…
Wacana Nusantara – 01 Reposisi
Kata “nusantara” cukup popular. Tidak asing juga bagi dunia arsitektur. Ia pernah menjadi topik yang hangat dalam upaya “mencari” arsitektur Indonesia. Ada yang bilang arsitektur tradisional itu bagian dari arsitektur nusantara. Ada juga yang bilang “arsitektur tradisional nusantara” itu salah kaprah, karena tidak ada arsitektur semacam itu. Meskipun suka dipakai…

Pilihan kelas OMAH Talks lainnya:


Mengajak anak-anak muda Indonesia yang bergerak di bidang arsitektur untuk berbagi kisah perjalanan di OMAH Library. Jalan menekuni arsitektur tidaklah mudah, banyak yang harus dipelajari, dari teori, praktik, hingga etika.


Perjalanan Mengenal Indonesia dalah sebuah kelas yang mengupas kisah penjelajahan-penjelajahan tentang arsitektur dan vernakularitas di Indonesia. Kelas ini merupakan hasil kerjasama dari Jaringan Arsip Arsitektur Indonesia bersama OMAH Library, dan penjelajah-penjelajah yang mengarungi belantara arsitektur di Indonesia.


This class tries to explore ways to fight for belief and love for architecture, starting from the discourse that everyone is unique and has their spesific problems, or “struggle for life”. Therefore, every individual innovates with strategies and tactics by contributing to the surrounding ecosystem.


Di dalam “Hermit of Architecture”, ada setidaknya 5 cara hermits yang dapat dipelajari yang diturunkan dari filosofi Nicomachean-Aristoteles, seperti Nous (kearifan intelektual), Techne (kearifan teknikal), Phronesis (kearifan taktikal), Episteme (wawasan pengetahuan), dan Sophia (kecintaan dan refleksi).


Telah hadir empat pembicara dari beragam regional yang akan membagikan kisah maupun pemikiran mereka dalam berkecimpung dan berkreasi di platform literasi arsitektur.


Kelas Wacana Omah Library yang kedua setelah seri Do dan Don’t ini bertujuan untuk mendapatkan stimulus wacana yang terjadi di dalam sisi pribadi, proses pembuatan karya dan sisi eksternal yang terjadi di dalam kota.


Agustinus Sutanto menarasikan metode desain arsitektur yang terbagi ke dalam 4 wilayah: Dunia Seni, Dunia Sains, Dunia Perilaku, dan Dunia Lingkungan.


OMAH Library mengadakan acara kelas Wacana Arsitektur “Do and Don’t” bersama tujuh narasumber terkait dengan filosofi, sejarah, teori, kritik, kurasi, cara bercerita, dan menulis.


Membahas “Nusantara” bersama 11 narasumber dengan 11 sudut pandang berbeda: reposisi, kritisisme, teori, sejarah, kurasi, cerita, tulisan, rekonstruksi – budaya, ruang publik, filosofi dan refleksi.


Kelas ini akan membahas satu-persatu perjalanan arsitektur mulai dari modernism, postmodernism, regionalism hingga refleksi yang akan dibawakan oleh pembicara-pembicara yang tentunya seru dan menarik.


Setiap arsitek mengalami sisi – sisi yang melelahkan di dalam proses berkreasi. Ia terlibat di dalam kerja komunal ataupun kerja yang sendiri dan retrospektif. Ia akan dilatih untuk peka terhadang gambar yang berisikan ruang, bentuk dan tatanan.


Kelas ini akan membahas tentang perjalanan karir seorang Master Arsitektur di Indonesia dan dunia seperti Mies Van De Rohe hingga Y.B. Mangunwijaya yang memberikan pengaruh dalam perkembangan arsitektur.