Keraton Yogyakarta, menjadi semakin kompleks dan rumit, karena berbagai pengaruh bercampur menjadi satu : Hindu, Islam, Jawa, percampuran adat dan agama (sinkretis), juga klasik dan modern Eropa. Lebih rumit lagi adanya kemungkinan terlibatnya unsur spiritual dalam proses perancangan, yang tidak dapat dianalisis secara fisik-arsitektural baik dalam bentuk maupun fungsinya. Dalam aspek sejarah, juga tidak kurang kompleksnya karena selain berdasar tulisan dan naskah sejarah, juga ada yang bersifat legenda atau cerita.
Menguraikan arsitektur Keraton Yogyakarta, pembahasan dimulai dari mengkaji terlebih dahulu sejarah dan tata-ruang pusat-pusat pemerintahan tradisional di Jawa. Pengkajian dimulai dari yang ada peninggalannya yaitu Madjapahit, Tuban, Banten hingga pusat pemerintahan Mataram Islam sebelum Yogyakarta yaitu Surakarta. Bahan diskusi kali ini merupakan hasil dari penelitian yang akan disunting menjadi naskah, dan berusaha mendapatkan beberapa teori maupun penjelasan tentang percampuran budaya dari berbagai pengaruh dan berlangsung cukup lama, dalam bentuk fisik-arsitektural.
Kontributor
Yulianto Sumalyo
Yulianto Sumalyo, lahir di Magelang 1946. Setelah lulus SMA Negeri 1 Purwokerto pada tahun 1966, melanjutkan belajar di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, selesai tahun 1976. Dalam buku “Histoire de’ I’architecture de Java”, disunting oleh Jacques Dumarcai diterbitkan tahun 1995, oleh Ecole Francaise d’Extreme Orient (EFEO), Yulianto Sumalyo menulis bagian perkembangan…
Beberapa kelas Perjalanan Mengenal Indonesia lainnya bisa diakses di bawah ini: