Phronesis adalah semacam kelihaian bersiasat secara bijaksana yang berlatar pengetahuan dan nilai-nilai luhur, yang mempertimbangkan kepentingan diri sendiri sekaligus kepentingan khalayak. Sebagai kemahiran berstrategi, Phronesis hanya dapat terwujud dalam tindakan yang bersifat situasional.
Berbeda dengan Plato yang memposisikan Phronesis sebagai implementasi Episteme, Aristoteles mendudukkan Phronesis sebagai kebijaksanaan yang asasi mengingat kedekatannya dengan tindakan nyata manusia.
Phronesis berkaitan dengan kemampuan mempersepsikan situasi secara akurat, yang diikuti dengan kemampuan menilai situasi tersebut secara bijak. Berdasar penilaian tersebut, manusia mengambil keputusan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk kemudian direalisasikan
dengan segenap kapasitasnya dalam suatu perbuatan nyata.
Arsitektur sebagai suatu karya nyata memiliki banyak sekali keterkaitan dengan Phronesis. Tindakan mewujudkan aristektur baik dalam pekerjaan merancang maupun konstruksi jelas didasarkan pada kemampuan mengambil keputusan dari situasi yang kompleks dan khas. Tindakan menggunakan arsitektur juga melibatkan Phronesis dalam memetik manfaat dari ruang dan bangunan. Sementara, tindakan memahami arsitektur juga dapat dipahami sebagai semacam strategi apresiasi untuk membangun justifikasi yang akan menjadi dasar bagi perancangan dan proses berarsitektur berikutnya.
Testimoni Peserta
Menarik, memberikan perspektif baru dan pengetahuan baru
—mieke choandi
Perkuliahannya menarik dan mengajak berpikir bersama
—Maharani Stavira Indrasuta
Sangat menarik
—Annisa diva salsabila
SAKTIIIIIIIIIII!!!!!! Presentasinya epistem itu sendiri
—Indah
Secara keseluruhan isi pembahasan sangat luar biasa, namun sedikit masukan utk pemateri agar dapat lebih menguasai teknik penyampaian dengan seperti yang dilakukan bu Indah. Mohon maaf dan Terimakasih
—Raymond G
Berikut ini adalah transkrip diskusi yang terjadi pada saat berlangsungnya Kuliah tanggal 03.11.2021, diisi oleh Nanda Widyarta, moderator: Realrich Sjarief, host: Lu’luil Ma’nun
Pembicara
Revianto B Santosa
Revianto Budi Santosa bercita-cita menjadi dalang sebelum akhirnya mempelajari arsitektur di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Universitas McGill MontrÈal, dan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Sejak tahun 1992 mengajar di Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia. Bapak dua anak ini menulis buku Kotagede: Life between Walls; Trusmi: Berarsitektur yang Tak Abadi; Omah: Membaca Makna Rumah Jawa; dan Kudus: Sepenggal Yerusalem di Tanah Jawa. Saat ini sedang menyiapkan buku Spirituality in Space: The Architectural Legacy of…
Detailed Summary
Cermin Arsitek – Nous
Rangkuman oleh Lu’luil Ma’nun Dirangkum dari Kuliah tanggal 03.11.2021, diisi oleh Indah Widiastuti, moderator: Realrich Sjarief, host: Lu’luil Ma’nun Adanya upaya untuk menjelaskan desain yang telah selesai terkadang menimbulkan sebuah permasalahan. Disebabkan oleh ketidakmampuan desainer dalam mengkomunikasikan desain mereka dengan baik. Oleh karena itu desainer sebagai manusia perlu belajar untuk mengasah diri agar proses analisis desainnya menghasilkan keputusan-keputusan yang baik dan benar. Dengan kata lain mengawali proses desain dengan niatan untuk kebaikan. Indah Widiastuti punya perhatian…
Contextual Method | Ep. 1 Creativity in Village – Singgih Kartono
Terinspirasi oleh ramalan Alvin Toffler dalam bukunya “Future Shock”, Singgih memutuskan pulangkampung 2 tahun setelah menamatkan kuliah di Desain Produk ITB. Mimpi tinggal dan berkarya didesa namun terkoneksi secara internasional sungguh memikat. Dengan upaya yang keras dan tidak pantang menyerah, akhirnya Singgih mampu membuktikan bahwa ramalan tersebut benar, sekaligus membuktikan potensi desa yang luar biasa.…