Rumah ini berfungsi sebagai hunian/tempat tinggal dan tempat perlindungan. Berbeda dari proses berdirinya laika mbu’u yang melalui prosesi adat dan sangat dijunjung tinggi keberadaanya. Ada perbedaan konteks perihal proses pembangunan kedua rumah ini. Laika landa dahulu digunakan sebagai Rumah tinggal untuk rakyat biasa, kemudian berpindah fungsi sebagai tempat penyimpanan barang-barang pusaka atau hasil panen perkebunan Akibat kebutuhan dan perkembangan zaman, rumah ini mulai ditinggalkan karena tifologi bangunan di masyarakat Tolaki menjadi Semipermanen. Lambat laun hunian ini menetap dan menjadi rumah yang berada di kebun saja. Sehingga orang Tolaki sering menyebutnya rumah kebun. Namun ada juga masyarakat Tolaki demi menghargai keberadaan laika landa mereka Mengambil bentuk atapnya yang melengkung dan diterapkan dalam rumah mereka meski semi-permanen.
Kontributor
Putra Wijaya
Putra Wijaya merupakan penggiat komunitas arsitektur dan budaya sekaligus alumni mahasiswa arsitektur Halu Oleo, Kendari Sulawesi Tenggara. Anak muda yang tertarik pada arsitektur nusantara dan memiliki minat untuk memperdalam tentang pengetahuan ketukangan serta material lokal.
Beberapa kelas Perjalanan Mengenal Indonesia lainnya bisa diakses di bawah ini: