Kelas keempat ini mendefinisikan kritik sebagai sub-bagian dari sebuah “ekosistem” sebagai sebuah praktek, disiplin, dan sebuah rumpun kebudayaan. Untuk itu, arsitektur tidak lagi dilihat sepihak oleh pelakunya (arsitek, pendidik, dan calon arsitek) tetapi juga diposisikan sebagai sebuah rumpun kebudayaan yang melayani banyak pihak—klien, pengguna, masyarakat umum, dan pemerintah.
Untuk itu, arsitektur akan berperan besar apabila dapat dikembangkan sebagai sebuah pengetahuan—“pengetahuan arsitektur”. Sebagai praktek dan disiplin yang masih seringkali dipahami setengah-setengah, arsitektur dapat melayani para pemangku kepentingan dengan lebih baik apabila secara sistematik mengupayakan produksi pengetahuan arsitektur, yang salah satunya digali dan diangkat ke permukaan dengan kritik.
Dalam kerangka seri webinar OMAH, fokus pembahasan ditetapkan pada tema “bentuk”. Dengan mengamati apa yang telah dipaparkan oleh beberapa pembicara sebelum ini, pertanyaan yang relevan dan menarik untuk dibahas dalam pertemuan kali ini adalah mengenai “pengetahuan arsitektur” semacam apa yang berpotensi digali dari persoalan-persoalan mengenai bentuk, dan bagaimana sejarah arsitektur mencatat persoalan-persoalan bentuk dan pengetahuan arsitektur apa yang dihasilkannya.

Untuk dapat mengakses kelas Form | Ep. 4 Critique – Setiadi Sopandi anda perlu melakukan donasi melalui tautan berikut:
Akses kelas akan dikirimkan ke email atau Whatsapp yang didaftarkan.
Panelis Menjawab
Q: Apa yang hal yang menarik di dalam kuliah Omah Library kali ini ?
A: Ternyata gagasan untuk membahas bentuk telah memicu paparan pemetaan yang luas dan dalam bagi pemirsanya.
Q: Apa harapan bapak mengenai kuliah Bentuk yang akan diadakan ?
A: Pemetaan yang luas dan dalam tetapi tidak menyeramkan, malah mencerahkan.
Q: Kalau bapak punya pertanyaan mengenai bentuk, apa kira – kira yang ingin ditanyakan ?
A: Pemahaman bentuk arsitektur semacam apa yang bisa menjanjikan per-‘form’-a yang lebih baik, tepat guna, relevan dari bentukan arsitektural.
Testimoni Peserta
Kritik dalam karya, ibarat sebuah jamu yang pahit namun menyehatkan. begitu pula dalam sebuah karya, kritik merupakan sebuah pemicu untuk berkarya lebih baik dari sebelumnya. Terima kasih Pak Setiadi dan tim OMAH
—Muhammad Amansyah
Apresiasi arsitektur berangkat dari kesadaran konteks dikombinasikan dengan positioning (intelektualitas arsitek) yang mengambil jarak dari objek arsitektur, lalu meletakkan apresiasi di area publik agar mudah diakses khalayak ramai melalui media yang relevan (rekam diskusi, buku, media digital dan sejenisnya)..
—Christian M. P.
Mungkin dapat disimpulkan bahwa cara terbaik untuk mengkritik sesuatu tanpa terlihat mengkritik adalah dengan membuka kelas untuk berdiskusi bersama seperti ini, karena hasil dari kritik sama dengan hasil dari sebuah diskusi, atau bahkan lebih baik, yaitu menyadarkan seseorang tentang apa yang sebelumnya tidak disadari, namun dengan cara yang lebih merangkul.
—Jihan Hafiz Bagaskara
Berikut ini adalah transkrip diskusi yang terjadi pada saat berlangsungnya kelas wacana Form pada 18.08.2021, diisi oleh Setiadi Sopandi, moderator: Realrich Sjarief, host: Dimas Purwanto
Pembicara
Setiadi Sopandi
Setiadi Sopandi saat ini aktif dalam riset, penerbitan, kurasi, dan pengarsipan sejak tahun 2007, dengan ketertarikan kepada modernisme, warisan arsitektur modern, dan duskursus seni dan arsitektur kontemporer di Indonesia dan Asia Tenggara – berafiliasi dengan modern Asian Architecture Network (mAAN) dan baru-baru ini dengan Proyek mASEANa. Ia adalah kurator dari Arsip F. Silaban, Bogor, dan co-founder, anggota dewan kurator, dan pengurus arsitekturindonesia.org, repositori online pertama yang didedikasikan untuk pengarsipan arsitektur di Indonesia.
Beberapa kelas [Judul Kelas] lainnya bisa diakses di bawah ini: