Bentuk dan Ruang adalah hal yang selalu menjadi pemikiran arsitek dan calon arsitek. Hari-hari selalu berkutat tentang menata ruang dan menggubah bentuk. Mari kita sedikit menurunkan ritme hidup yang berkejaran dengan waktu, menurunkan denyut nadi dan mencoba menyadari proses penciptaan bentuk di keseharian kita serta mencoba memahami konsekuensi-konsekuensinya. Bagaimana bentuk mulai terbersit saat tidur? Bagaimana gagasan bentuk mulai berwujud dalam angan saat melamun? Dan wujud dalam pikiran itu ternyatakan melalui tangan yang bekerja rajin.
Bentuk yang berwujud itu adalah “perkataan” arsitek. Bentuk adalah cara berkomunikasi arsitek yang mungkin saja setara dengan nyanyian seorang penyanyi, atau tarian seorang seniman tari yang bisa membuat penikmatnya tertawa dan menangis sebab sang penikmat melihat, mendengar, dan “menghuni” di dalam “kata-kata” arsitek. Hal yang menjadi penting bagi kelangsungan hidup arsitek justru pada apresiasi pengamat, di situlah oksigen bagi nafas kehidupan arsitek.
Bagaimana “kata-kata” arsitektur kalian?

Untuk dapat mengakses kelas Form | Ep. 6 Philosophy – Johannes Adiyanto anda perlu melakukan donasi melalui tautan berikut:
Akses kelas akan dikirimkan ke email atau Whatsapp yang didaftarkan.
Panelis Menjawab
Q: Apa yang hal yang menarik di dalam kuliah Omah Library kali ini ?
A: Kuliah OMAH buat saya pribadi adalah ‘oase’ dari pencarian pengetahuan arsitektur. Sebab di Omah saya bisa mendapatkan banyak hal yang jarang dibicarakan di kampus atau di acara webinar lainnya. Diskusi meluas dan melebar kemana-mana yang membuka diskursus yang sehat.
Q: Apa harapan bapak mengenai kuliah Bentuk yang akan diadakan ?
A: Perbincangan tentang bentuk tentu akan berkaiterat dengan perbincangan tentang ruang, karena arsitektur tidak lepas dari dua hal tersebut. Dengan perbincangan Bentuk di OMAH library saya berharap ada diskusi yang meluas dan tidak hanya mengacu pada buku FDK Ching: Form, Space and Order semata, yang seakan menjadi buku ‘suci’ dalam wacana arsikektur.
Q: Kalau bapak punya pertanyaan mengenai bentuk, apa kira – kira yang ingin ditanyakan ?
A: Pertanyaan yang langsung muncul saat bicara Form saat ini adalah bagaimana form arsitektural diformulasikan jika sudah bicara dalam konteks ranah virtual space dengan pendekatan AI. Hal ini relevan karena ‘dunia nyata’ dengan ‘dunia maya’ sudah mulai terlihat kabur batas-batasnya dalam ‘dunia gamers’, sebagai contohnya. Atau perjalanan Jeff Bezoz ke angkasa, merupakan bukti lain yang akan memicu pertanyaan dasar tentang bentuk dalam arsitektur. Bagaimana pemikiran arsitektur bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman tersebut, yang kemudian apa ‘bentuk arsitektur’ didefinisikan di masa depan?
Testimoni Peserta
Bentuk mengikuti budaya. Tidak ada bentuk yang muncul atau hadir tanpa diuji dan dicoba-coba untuk menghasilkan bentuk yang optimal sesuai fungsinya
—Anonim
Menurut saya manusia memang selalu terdorong kepada tingkah laku “ingin tahu” dalam segala hal menurut nilai-nilai kebenaran karena kita akan selalu melibatkan pikiran dan logika, dan bagaimana kita mengaplikasikannya ke dalam keseharian arsitektur.
—Nia Namirah Hanum
Pemaparan menarik dari pak Jo untuk sadar dalam melihat dan mendengar, tidur dan melamun, serta aksi mewujudkan abstrak menjadi karya nyata. Perlu menyadari bahwa bentuk tidak hanya terkait elemen arsitektur, tetapi tetang kehidupan serta suasana yang diciptakan dari bentuk. Proses pembentukan juga memiliki peran tidak hanya linear dari arsitek saja, tapi terdapat kompromi dari berbagai pihak di lapangan.
—Naafi U. A.
Berikut ini adalah transkrip diskusi yang terjadi pada saat berlangsungnya kelas wacana Form pada 01.09.2021, diisi oleh Johannes Adiyanto, moderator: Realrich Sjarief, host: Satria A. Permana
Pembicara
Johannes Adiyanto
Johannes Adiyanto adalah dosen Prodi Arsitektur FT UNSRI. Seorang penjelajah pengetahuan arsitektur, sehingga menyebut dirinya Cantrik Kehidupan. Lulus sarjana dari Universitas Merdeka Malang dan lulus program magister dari ITS Surabaya dengan topik tesis ruang arsitektural Jawa dengan dasar Lakon wayang. Pada disertasi -yang juga diselesaikan di ITS Surabaya- dengan judul “Konsekuensi Filsafati Manunggaling Kawula Gusti pada Arsitektur Jawa, beliau mempelajari keterikatan antara arsitektur dengan filsafat, terutama filsafat Jawa. Di samping itu, Si Cantrik ini berkolaborasi dengan Realrich dalam penulisan buku; FEE, Cara Menulis Sejarah Arsitektur Indonesia, dan Craftgram. Johannes juga bergabung dengan beberapa lembaga, antara lain mAAN chapter Indonesia, LSAI,…
Beberapa kelas [Judul Kelas] lainnya bisa diakses di bawah ini: