Seni rupa dan arsitektur pada hakikatnya adalah saudara kandung dalam keluarga besar kesenian visual (visual arts).
Dalam diskursus seni era Renaisans di Eropa, karya arsitektural Donato Bramante, Tempietto (1502-1510)-sebuah martyrium di kawasan plaza Gereja San Pietro in Montorio, Roma-dianggap sebagai mahakarya yang sama pentingnya dengan patung David (1501-1504) karya Michelangelo, lukisan Monalisa (c. 1503-1506, kemungkinan berlanjut hingga c. 1517) karya Leonardo Da Vinci, dan lukisan fresco The School of Athens (1509-1510) karya Raphael.
Pada perkembangannya, terutama setelah abad ke-19, disiplin keilmuan arsitektur terombang-ambing dalam perdebatan antara diskursus seni, sains, dan teknik. Lalu bagaimana diskursus ini berkembang di Indonesia?
Kelas ini akan mencoba mengajak kita untuk membincangkan persoalan arsitektur melalui perspektif sejarah perkembangan seni rupa modern Indonesia yang bermula sejak era kolonial, utamanya abad ke-19 sebagai titik awal, hingga era kontemporer. Dapat kita amati dan diskusikan bagaimana kedua disiplin ini secara dialektis saling pinjam-meminjam pendekatan satu sama lain, membangun suatu praktik artistik yang interdisipliner.
Video Rekaman Kelas
Beberapa kelas Five Discourse: Arts, Cities, and Architecture lainnya bisa diakses di bawah ini: