[5 Tahap Memposisikan Diri dalam Ekosistem Arsitektur]
Tak jarang kita menjadikan profesi arsitek sebagai cita-cita karena alasan-alasan sederhana. Namun, ketika sudah menyandang profesi tersebut, muncullah pertanyaan: “Lalu setelah ini apa? Aku mau jadi arsitek yang seperti apa?”
Omah Library mengajak untuk mendiskusikan proses pencarian peran dalam berarsitektur yang dijembatani oleh kisah seorang arsitek muda, Tegar Abieza.
Bagi Tegar, proses tersebut diawali dari mengasah diri dan mewujudkan asa ayahandanya yang dulu tidak berkesempatan menjadi arsitek. Setelah menyandang profesi arsitek, ia mulai bertanya-tanya langkah selanjutnya dan menyadari dunia di luar tempurungnya selama ini. Tegar kemudian melakukan reposisi diri, dalam konteksnya ia melihat celah pemerataan arsitek di lingkungan pedesaan. Daerah Gunungkidul di Yogyakarta menjadi rumah barunya untuk belajar dan mengabdi sebagai arsitek. Di sana Tegar melebur ke dalam masyarakat dan membuat gelombang gerakan baru bersama komunitas setempat.
OMAH Library melalui Dara(h) Muda percaya bahwa arsitek-arsitek Indonesia seyogyanya tidak terlibat di dalam arsitektur yang itu-itu saja, tetapi terus menembus batas peran, kemampuan, dan merefleksikannya untuk bisa memperbaiki ekosistem arsitektur Indonesia bersama-sama. Simak perjalanan suka duka Tegar dalam mewujudkan asa, baik asa dirinya sendiri, maupun komunitas desa, mulai dari level tetangga, kelurahan, kecamatan, sampai di level kabupaten.
Video Rekaman Kelas
Rangkuman Materi Kelas
Pembicara
Tegar Abieza
Tegar Abieza lahir pada Maret 1993.Ia lulus pendidikan arsitektur dari Universitas Diponegoro. Apabila kita punya keinginan yang kuat, pasti ada jalan untuk mewujudkannya. Hal tersebut yang membuat Tegar mendirikan biro arsitek Ruangan Asasejak 2016 langsung setelah menyelesaikan pendidikan arsitektur dan mengambil gelar profesi di tahun 2015. Berbekal pengalaman intern di…
Beberapa kelas Dara(h) Muda lainnya bisa diakses di bawah ini: