Terinspirasi oleh ramalan Alvin Toffler dalam bukunya “Future Shock”, Singgih memutuskan pulang
kampung 2 tahun setelah menamatkan kuliah di Desain Produk ITB. Mimpi tinggal dan berkarya di
desa namun terkoneksi secara internasional sungguh memikat. Dengan upaya yang keras dan tidak pantang menyerah, akhirnya Singgih mampu membuktikan bahwa ramalan tersebut benar, sekaligus membuktikan potensi desa yang luar biasa. Produk-produk kayu dengan brand Magno bukan saja tersebar luar secara internasional , namun juga mendapat banyak penghargaan desain internasional prestisius dan publikasi yang sangat luas. Keprihatinannya akan kondisi desa mendorong Singgih untuk melahirkan Spedagi, sebuah gerakan revitalisasi desa dengan ikon sepeda bambu. Ilmu desain bagi Singgih bukan semata untuk menciptakan produk, namun lebih penting lagi untuk menggunakannya sebagai upaya memperbaiki kehidupan dan menjaga kelestarian alam. Tahun 2020 Singgih melahirkan “Cyral-Spiriterial” sebuah pemikiran makro tentang bagaimana keberlanjutan kehidupan secara global bisa diwujudkan.
Singgih Kartono
