Rangkuman oleh Satria A Permana
Dirangkum dari kuliah tanggal 28.10.2021, diisi oleh Paulus Mintarga, moderator: Realrich Sjarief, host: Nirma Ayuni Setiasih
Paulus Mintarga adalah seorang lulusan Teknik Sipil yang lantas diajak rekan-rekannya membentuk Tim Tiga Arsitek. Pada awal karirnya di Tim Tiga, Paulus banyak berfokus pada pekerjaan struktur dan material. Munculnya ketertarikan akan material sisa, menjadi cikal bakal terbangunnya Rumah Rempah Karya yang mengelaborasi titik optimal berbagai material sisa konstruksi.
Pada sesi Kelas Wacana Omah Library “Contextual Method” sesi ke 6 ini, Paulus Mintarga berbagi cerita proses pembangunan Rumah Atsiri Indonesia. Proyek ini merupakan upaya revitalisasi bangunan pabrik pengolahan minyak yang berdiri sejak 1963 di Tawangmangu, Karanganyar. Latar belakang sejarah bangunan ini adalah hasil perjanjian kerjasama pemerintah Indonesia dan Bulgaria untuk membuat pabrik minyak Citronella. Namun terjadi likuidasi di tahun 1986 dan diambil alih oleh PT. Intan Purnama Sejati. Tiga dekade setelahnya, PT Rumah Atsiri Indonesia mengakuisisi pabrik ini dan bekerjasama dengan Paulus Mintarga untuk renovasi besar-besaran yang dimulai pada tahun 2016. Proyek ini merupakan proyek yang paling menantang dari proyek-proyek lain yang Paulus kerjakan. Mengangkat titik tuju keberlanjutan, Rumah Atsiri Indonesia mengajak Paulus berpikir dengan menyeluruh untuk mengelaborasi tidak hanya arsitektur, melainkan juga nilai ekonomi, sosial, dan lingkungan secara berkelanjutan.
Sebelum menjadi Rumah Atsiri Indonesia, Paulus melakukan berbagai riset tentang bagaimana mentransformasikan nilai-nilai yang ada di masa lalu ke masa kini. Seperti istilah Atsiri misalnya, penyebutan essential oil dalam bahasa Indonesia yang jarang didengar. Kata-kata kunci mulai muncul berikutnya, seperti integrasi dengan wisata edukatif, fasilitas penelitian minyak atsiri dan aromaterapi, serta meningkatkan fungsinya sebagai rumah produksi.
Berdiri diatas lahan seluas 23.660 meter persegi, bangunan eksisting ini sempat mengalami renovasi penambahan bangunan saat dipegang oleh PT. Intan Purnama Sejati. Selanjutnya dalam pengembangan oleh Paulus Mintarga, tanpa meniadakan yang sudah ada, beliau merekonstruksi fungsi sirkulasi dan tambahan bangunan penunjang kedalam dua tahapan. Di gedung A, yang terletak di tengah-tengah site, Paulus mempertahankan fungsi bangunan sebagai ruang distilasi dan laboratorium, serta menambahkan fungsi lain seperti lobby dan resepsionis, toko, workshop, dan laboratorium R&D. Pada gedung B, bersebelahan dengan gedung A, bangunan ini sebelumnya berfungsi sebagai ruang fragmentasi cengkeh. Saat ini berfungsi sebagai laboratorium pengemasan produk dan simulasi alat destilasi untuk tour. Selanjutnya di gedung C, berseberangan dengan gedung A diantara taman-taman, fungsi sebagai ruang boiler digantikan menjadi Museum Atsiri. Kemudian di gedung D yang berdekatan dengan jalan raya utama, fungsi lama sebagai bengkel alat transportasi dan produksi digantikan menjadi restoran dan ruang pertemuan beserta pendukungnya. Pada sisi gedung E, Paulus mengubah fungsi menjadi Greenhouse, menggantikan ruang pompa dan kolam pada fungsi sebelumnya. Menariknya fungsi ruang pompa ini ditingkatkan sebagai ruang pengelolaan air untuk mencukupi kebutuhan greenhouse. Sisi paling besar, yaini daerah gedung dan lahan F, Paulus berencana membuat area ini menjadi area sosial produktif. Sebelumnya, daerah ini hanya memiliki tiga bangunan, yakni diperuntukan untuk kantor, mess karyawan, serta gudang. Pada ekspansi terbaru, Paulus merencanakan adanya lobby glamping (glamorous camping), glamping, ballroom, wedding chapel, sky lounge, dan kolam renang.
Dengan pengembangan seperti ini, Rumah Atsiri Indonesia berhasil membawa nafas baru melengkapi fungsinya tidak hanya sebagai pabrik, namun juga wisata edukatif yang memberi banyak ruang masyarakat sekitar untuk berkolaborasi seperti pameran UMKM. Agenda-agenda kolaboratif ini mendorong minat tinggi masyarakat sekitar untuk melebarkan usaha dan potensi sekitar menjadi lebih integratif.
Di samping Rumah Atsiri Indonesia terdapat tanah kas desa yang digunakan untuk menjadi rest area dan pusat informasi, serta potensi susur sungai dalam pengembangan di tahap berikutnya. Rumah Atsiri juga berkolaborasi dengan Parongpong dalam pengolahan sampah. Cita-citanya adalah menjadikan salah satu fungsi Rumah Atsiri Indonesia menjadi Kosara (Koperasi Sampah Rumah Atsiri).
Dari paparan beliau, kita dapat mempelajari bahwa pembacaan konteks perlu disertai riset yang baik, model bisnis yang baik, serta narasi yang menarik. Pada akhirnya pembacaan konteks akan menghasilkan efek bola salju, yang ketika bergulir akan memberikan banyak dampak dan semakin luas. Salah satu keunikan yang dimiliki beliau adalah bagaimana membaca lapisan-lapisan waktu.