Wacana Nusantara | Ep.2 Kritisisme – Indah Widiastuti

Arsitektur Nusantara mungkin adalah salah satu topik “tersekel” dalam gelangang wacana arsitektur di Indonesia. Terlepas dari tanggapan pro-kontra nya wacana ini seperti tak terelakan untuk mendapat lirikan, bahkan dari yang memandangnya secara kritis. Diskusi ini diawali dengan sebagai sebuah upaya positif mewacanakan keunikan karakter arsitektur yang berada di dalam wilayah teritori Indonesa. Namun wacana arsitektur Arsitektur Nusantara berkembang lewat berbagai bentuk apresiasi dan kritik. Bagi berbagai pihak Arsitektur Nusantara adalah sebuah tawaran formulasi pengetahuan arsitektur asli Indonesia, sebagai jalan emansipasi tata pikir mengenai arsitektur, sebagai upaya menyelamatkan hal yang esensial mengenai keindonesiaan dalam arsitektur. Beberapa pihak lainya juga melihatnya sebagai peristiwa ideologisasi, labelisasi branding, dan bagian dari agenda politik identitas. Sementara justru bagi kebanyakan kalayak mungkin tak lebih dari sarana identifikasi dalam percakapan mengenal arsitektur yang ada di Indonesia. Terlepas dari apapun penilaiannya, hal paling menggelitik adalah, mengapa si mahluk “seksi” ini bisa hadir mengejawantah dalam beragam reaksi, pencerahan, kebahagiaan, juga kegaduhan dan kontroversi ?

Mungkin gempita perbincangan yang muncul tak selamanya karena para pewacananya benar tertinggal di masa lalu, dan kritikusnya terlalu benar-benar ada di masa kini atau sudah melesat progresif ke masa depan. Mungkin arsitektur Nusantara menjadi gempita

karena ia didiskusikan di hari ini, para pewacananya juga hidup di masa kini, bergulat dengan belitan kehidupan masa kini. Sungguhkah ini tentang dikotomi Barat vs Timur? Modern dan tradisional? atau mungkin tentang kegamangan kita menjadi salah satunya? Karena mungkin kita juga tidak mewakili keduanya.

Materi yang akan disampaikan tidak akan mengarah pada perbincangan tentang hal substansial mengenai Arsitektur Nusantara, berikut aneka ragam tanggapanya. Diskusi ini mencoba menyoroti secara reflektif situasi-situasi di seputar kita, tentang segala bentuk perhatian dan pewacanaan yang terjadi di berbagai lapisan pembaca, penutur dan pelaku arsitektur di Indonesia, yang menyebabkan Arsitektur Nusantara pada akhirnya mampu dan berdaya mengisi relung-relung sepi dunia olah pikir arsitektural di Indonesia dengan daya gerak dan retorika yang masif, yang mungkin sebelumnya tak kunjung tergenapi. Maka, ini bukan berarti sekedar tentang Arsitektur Nusantara, tapi juga tentang kita sebagai masyarakat pembaca penutur dan pelaku arsitektur, tentang pendirian kita dan kontribusi kita juga ketidak acuhan kita pada dunia pewacanaan arsitektur di Indonesia. Ibarat legenda seorang putri naga cantik yang membuat para ksatria dari negara di atas angin untuk bergegas datang dan ingin memilikinya, geliat dinamika yang ada tentunya tidak selalu timbul dari sang putri, namun pada perspektif para ksatria ini ketika “meliriknya”.


Testimoni Peserta

Materinya sangat berbobot dan perlu forum lain untuk berdiskusi lebih lanjut
-Muhammad Alfreno Rizani, ST.-

Sangat Kritis
-Nur Rahmanina Burhany-

Membuat berpikir (dan itu bagus)
-Mohammad Nanda Widyarta-

Santai, mendalam dan memberi arahan suatu kritik yang tepat, walaupun katanya beliau juga saling belajar.
-Mieke Choandi-


Pembicara

Indah Widiastuti

Indah Widiastuti adalah Associate Professor di Institut Teknologi Bandung, Keahlian Sejarah, Teori dan Kritik Arsitektur. Ia menyelesaikan studi Sarjana Teknik dan Magister Teknik Arsitektur di ITB, kemudian mengambil gelar Doctor of Philosophy dari Anna University, Chennai dengan Thesis berjudul “Critical study of vernacular settlement-architecture of Kerala in India and Minangkabau in west Sumatra, Indonesia (Of…


Leave a comment