Summary | Tua-Tua Kakatua Season 2 Ep. 1 Bintaro Design District with Danny Wicaksono

Dalam sesi kelas Tua-Tua Kakatua yang lalu, sebelum membahas Bintaro Design District (BDD) sebagai sebuah pergerakan, terlebih dahulu Danny Wicaksono menceritakan perjalanan berarsitektur yang melatarbelakangi pandangannya terhadap ekosistem arsitektur Indonesia. Ia memiliki idola dan berhasil bekerja untuk dua orang idolanya, Adi Purnomo dan Andra Matin, setelah lulus.

Pada tahun 2008, ketika terjadi eksodus anak-anak muda Indonesia akibat percepatan pembangunan di luar negeri, jongArsitek! tercetus di atas kekhawatiran akan adanya kekosongan wacana di Indonesia. Bersama jongArsitek! Danny berhasil mengundang salah satu idolanya yang lain, Rem Koolhaas, dalam kuliah umum dan berteman dengannya.

Pertemanan dengan Rem Koolhaas banyak memperluas kesadaran dan perspektif Danny terhadap arsitektur, khususnya terkait hubungannya dengan kehidupan.

Pertanyaan-pertanyaan dari situasi yang ia rasakan membawanya kepada riset sejarah dan kota.

Dalam risetnya, ia menemukan perbedaan pembentukan arsitektur sebelum dan sesudah terbentuknya negara yang membuatnya melihat arsitektur sebagai produk dari otoritas kehidupan, menghasilkan tiga arus perkembangan arsitektur: etnik, generik, dan spesifik.

Dalam riset kota, Danny melihat adanya potensi yang lebih besar dari penciptaan kota-kota baru untuk membentuk ruang hidup yang lebih baik, alih-alih berusaha menyelamatkan kota-kota besar yang sudah ada. Sayangnya, pemahaman membangun kota tidak banyak diajarkan di dalam pendidikan arsitektur.

Melalui riset, pengamatan, dan dialog dengan banyak orang, Danny menyadari bahwa pemasalahan utama ekosistem arsitektur Indonesia terletak pada intelektualitas manusianya yang antara lain dipengaruhi oleh situasi pendidikan dan iklim arsitektur yang ada.

Kehadiran Bintaro Design District (BDD), pada akhirnya, seperti menjadi reaksi atas situasi-situasi yang Danny sadari, sekalipun tujuan awal diadakannya bukanlah untuk itu. BDD dibangun atas kesadaran akan keunikan Bintaro sebagai tempat tinggal banyak biro arsitek dan industri kreatif lainnya. Ide dari kegiatan BDD adalah membuka ruang privat dari masing-masing arsitek dan pelaku industri kreatif lainnya agar terjalin komunikasi antara sesamanya maupun dengan publik.

Sebagai bentuk reaksi terhadap ekosistem, tema BDD disesuaikan dengan situasi kehidupan yang sedang terjadi berdasarkan perspektif para kurator untuk kemudian didiskusikan.

Pada akhirnya, pergerakan kreatif dengan niat yang positif ini berhasil menarik apresiasi pemerintah yang menyadari bahwa potensi kota dapat terletak pada warganya.

Meski demikian, para warga kreatif ini membutuhkan dukungan untuk bergerak. Oleh karenanya, kerjasama dengan korporasi diperlukan untuk membantu mengembangkan pergerakan ke arah yang lebih produktif.

Diskusi | Aksi Yang Konsisten

Raynaldo:
Selama ini, kebanyakan lulusan arsitektur hanya menjalani dua pilihan jalur, praktisi atau akademisi. Akan tetapi, Danny justru memilih jalur sulit yang tidak banyak dikerjakan, yang bahkan mungkin tidak akan banyak disadari jika tidak diceritakan. Kegigihan Danny membuat saya bertanya-tanya, dari mana datangnya konsistensi ini?

Danny:
Saya sebenarnya tidak terlalu menyadari. Alasannya mungkin dikarenakan praktik kerja saya yang juga selalu reaktif. Di studiodasar, saya selalu mengarahkan tim untuk melihat situasi terlebih dahulu. Pandangan inilah yang kemudian mungkin menempel ke aspek-aspek lain. Ketertarikan saya untuk mempelajari hal-hal yang belum banyak dipahami orang juga mungkin menjadi faktor lain. Setelah paham, saya menjadi tidak nyaman untuk tidak melakukan sesuatu.

Triana:
Arsitek berperan membentuk kehidupan yang lebih layak di dalam perencanaan. Akan tetapi, di dalam pelaksanaannya, selalu ada tokoh lain yang terlibat. Jika demikian, apakah merealisasikan kehidupan yang layak masih menjadi tugas arsitek?

Danny:
Tidak. Saya setuju dengan kamu. Peran arsitek adalah mempersiapkan rencana. Akan tetapi, dalam pembangunan, rencana tidak akan 100% terwujud. Meski demikian, tetap harus ada rencana. Setidaknya, semua rencana, pikiran, dan gagasan harus disimpan agar bisa diikuti oleh siapapun, sekalipun kita sudah tidak ada. Yang diperlukan kemudian adalah kemauan dari sang pelaksana.



Tentang OMAH Events lainnya di bawah ini:

Something went wrong. Please refresh the page and/or try again.

Leave a comment