Catatan Kuratorial
Pada masa pandemi Covid-19 di Indonesia, tepatnya pada saat pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar, Omah Library mengadakan acara kelas Wacana Arsitektur “Do and Don’t” bersama 7 narasumber terkait dengan filosofi, sejarah, teori, kritik, kurasi, cara bercerita, dan menulis. Rangkaian kuliah membahas mengenai salah satu cara untuk membicarakan arsitektur, yaitu dengan berwacana. Hal ini merupakan sebuah cara kontemplatif, melihat ke-dalam diri sendiri yang melibatkan pengalaman nyata ke dalam proses redefinisi sebuah istilah dan sifat dasar sebuah sudut pandang ilmu. Kuliah ini adalah cerita berbagi pengalaman pribadi setiap narasumber di dalam proses memahami tiap-tiap bagian wacana.
Wacana di dalam arsitektur bisa diibaratkan sebagai sebuah sistem berpikir, ide-ide, pemikiran yang membentuk sebuah kemampuan untuk menalar.
Pada masa pandemi Covid di Indonesia, tepatnya pada saat pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar, Omah Library mengadakan acara kelas Wacana Arsitektur “Do and Don’t” bersama tujuh narasumber terkait dengan filosofi, sejarah, teori, kritik, kurasi, cara bercerita, dan menulis. Rangkaian kuliah membahas mengenai salah satu cara untuk membicarakan arsitektur, yaitu dengan berwacana. Hal ini merupakan sebuah cara kontemplatif, melihat ke-dalam diri sendiri yang melibatkan pengalaman nyata ke dalam proses redefinisi sebuah istilah dan sifat dasar sebuah sudut pandang ilmu. Kuliah ini adalah cerita berbagi pengalaman pribadi setiap narasumber di dalam proses memahami tiap-tiap bagian wacana.
Wacana di dalam arsitektur bisa diibaratkan sebagai sebuah sistem berpikir, ide-ide, pemikiran yang membentuk sebuah kemampuan untuk menalar.
Wacana melibatkan percakapan subjek-subjek yang melibatkan referensi, esai, bahasa, praktik yang terkait dengan sebuah perspektif. Dan akhirnya wacana akan membuka kreativitas di dalam dunia arsitektur. “Do and Don’t” bukan berarti peraturan, namun kemampuan menelisik hal-hal yang memiliki potensi untuk terciptanya sebuah perubahan, atau inovasi di dalam dunia arsitektur. Omah Library mengadakan rangkaian kuliah yang dapat dipahami ke dalam tujuh bagian:
- Kritik oleh Nanda Widyarta
- Sejarah oleh Setiadi Sopandi
- Teori oleh Undi Gunawan
- Kurasi oleh Eka Swadiansa
- Cerita oleh Revianto Budi Santosa
- Tulisan oleh Apurva Bose Dutta
- Filosofi oleh Jo Adiyanto
NARASUMBER

Mohammad Nanda Widyarta
Saat ini adalah seorang mahasiswa program S3 di College of Built Environment, the University of New South Wales. Sebelumnya, ia mengambil kuliah di bidang sejarah dan teori di Architectural Association School. Ia adalah juga seorang dosen di Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Pernah menerbitkan beberapa buku, yang umumnya ditulis bersama sejumlah penulis lain. Juga dalam hal penulisan dan penerbitan, pernah juga membantu sedikit di Airmas Asri. Pernah menjadi co-kurator di bidang arsitektur pada Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF, bersama Gunawan Tjahjono, Eko Prawoto, dan Baskoro Tedjo) di tahun 2016. Kemudian menjadi kurator (bersama Farid Rakun) untuk pameran arsip-arsip Istiqlal di Masjid Istiqlal di tahun 2017. Minat dalam hal riset terletak pada arsitektur modern di masa pasca-kemerdekaan. Walaupun saat ini masih berfokus pada kasus-kasus di Indonesia, tetapi ada juga ketertarikan—bahkan kebutuhan—untuk melakukan perbandingan dengan kasus-kasus di negara-negara lain.
SETIADI SOPANDI
Lulusan dari jurusan S1 Arsitektur dari Universitas Katolik Parahyangan di Bandung pada tahun 1998. Di tahun 2002, ia mendapatkan gelar MA dari Department of Architecture, School of Design & Environment, the National University of Singapore. Setiadi saat ini aktif dalam riset, penerbitan, kurasi, dan pengarsipan sejak tahun 2007, dengan ketertarikan kepada modernisme, warisan arsitektur modern, dan duskursus seni dan arsitektur kontemporer di Indonesia dan Asia Tenggara – berafiliasi dengan modern Asian Architecture Network (mAAN) dan baru-baru ini dengan Proyek mASEANa. Ia adalah kurator dari Arsip F. Silaban, Bogor, dan co-founder, anggota dewan kurator, dan pengurus arsitekturindonesia.org, repositori online pertama yang didedikasikan untuk pengarsipan arsitektur di Indonesia.
Info lebih lanjut : https://setiadisopandi.wordpress.com/


Undi Gunawan
Seorang pembelajar yang melakukan aktivitas belajarnya dengan mengajar. Aktivitas formal institusionalnya adalah mengajar di Program Studi Arsitektur, School of Design, Universitas Pelita Harapan. Rekam jejak pemikirannya dalam beberapa tingkatan dapat dicari di academia.edu, Instagram, Facebook dan serpihan-serpihan jejak digital di dalam jangkauan big-data jaringan informasi global.
Eka Swadiansa
Principal dari Office of Strategic Architecture (OSA), founding member Global University for Sustainability (GU) dan kurator SPIRIT_45/47/55. Ia adalah alumni Universitas Brawijaya (Malang, 2000), dan intern di Takenaka Corporation Midosuji Headquarter (Osaka, 2009). Ia pernah memenangkan diantaranya the Tadao Ando Foundation/OFIX grant (Osaka-Nara-Kyoto-Kobe, 2009), Terreform/SOM fellowship (New York, 2009) dan ARENA fellowship (Hong Kong, 2017).
Sebagai kurator; ia telah mengkurasi roundtable arsitektur di the Rise of Asia 2018 (Universite Paris 1 Pantheon Sorbonne & Universite Le Havre du Normandie), SPIRIT_45 (Sinar Fontaine Bartholdi, Lyon & ENSA Paris La Villette, 2018) dan SPIRIT_47 (Lingnan University Hong Kong, 2019) lecture, conferece and exhibition series. Di SPIRIT_47 ia mengkurasi 65 karya gubahan 13 arsitek muda Asia, dari 7 negara yang berbeda; termasuk diantaranya adalah mantan anak didik Tadao Ando, Norman Foster, Zaha Hadid dan Toyo Ito; serta alumnus dari AA School, Berlage Institute, University of Oxford, UCL, NUS, TU Delft, HKU, UNSW dan RMIT.


Revianto Budi Santosa
Lahir 54 tahun yang lalu sampai sekarang di Karangkajen Yogyakarta. Bercita-cita menjadi dalan sebelum akhirnya mempelajari arsitektur di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Universitas McGill MontrÈal, dan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Sejak tahun 1992 mengajar di Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia.
Bapak dua anak ini menulis buku Kotagede: Life between Walls; Trusmi: Berarsitektur yang Tak Abadi; Omah: Membaca Makna Rumah Jawa; dan Kudus: Sepenggal Yerusalem di Tanah Jawa. Dia juga menerjemahkan buku Writing the Past Inscribing the Future: History as Prophecy in Kolonial Java (Nancy Florida), Language and Power: Exploring Political Culture in Indonesia (Benedict Anderson), Mythology and Tolerance of the Javanese (Benedict Anderson) Dia juga berkontribusi di banyak buku dan karya ilmiah lainnya. Saat ini sedang menyiapkan buku Spirituality in Space: The Architectural Legacy of the Wali in Java.
Apurva Bose Dutta
An author, award-winning architectural journalist, curator, and editor, based in Bangalore, India. Her professional journey of fifteen years has seen global collaborations with multimedia publication houses, firms, organisations, and educational institutions affiliated with architecture, design, and building in India, the UK, the US, Italy, Indonesia, Singapore, Karachi, and Canada. She is well-travelled and explores her academic background of architecture and journalism in diverse roles— that of professional speaking, conducting and curating architecture and design content and discourses for the print and digital media, holding training workshops, and consulting for academic and professional industry initiatives.
Through her various initiatives, Apurva has persistently been working towards increasing the visibility of architectural writing in India. She is credited with the conceptualisation of the first magazine issue solely dedicated to architectural journalism in India in 2013. More recently, she has been the curator for a national level essay writing competition for architectural students in India. Apurva has also been invited by the Australian and Finland Governments to represent the Indian delegation in International Media Visits of Architectural Writers in Melbourne (2016) and Helsinki (2018) respectively. Her book, ARCHITECTURAL VOICES OF INDIA: A Blend of Contemporary and Traditional Ethos (2017), a discourse on architecture-design by 19 of India’s acclaimed architects has received acclaim and wide coverage.
More info: www.apurvabose.com


johannes adiyanto
Dosen dari Prodi Arsitektur FT UNSRI. Seorang penjelajah pengetahuan arsitektur sehingga menyebut dirinya Cantrik Kehidupan. Lulus sarjana dari Universitas Merdeka Malang dan lulus program magister dari ITS Surabaya dengan topik tesis ruang arsitektural Jawa dengan dasar Lakon wayang. Pada Disertasi – yang juga diselesaikan di ITS Surabaya – dengan judul “Konsekuensi Filsafati Manunggaling Kawula Gusti pada Arsitektur Jawa,” beliau mempelajari keterkaitan antara arsitektur dengan filsafat, terutama filsafat Jawa.
Disamping itu si Cantrik ini berkolaborasi dengan Realrich dalam penulisan buku FEE, Cara Menulis Serajarah Arsitektur Indonesia dan Craftgram. Johannes juga bergabung dengan beberapa lembaga antara lain mAAN chapter Indonesia, LSAI dan IAI Sumatera Selatan.
Fokus perhatian penelitian Johannes saat ini adalah pengembangan pendidikan arsitektur dan sejarah perkembangan kota-kota kolonial di Indonesia serta perkembangan arsitekturnya.