Fight for Architecture #4 – Pedagogi?

Subyektifitas Saat Belajar Arsitektur

Belajar arsitektur adalah sesuatu yang tidak sederhana. Selain karena obyek arsitektur itu (ruang) tidak teraba dan tidak tampak, apresiasi sebuah karya arsitektur banyak ditentukan dari pengetahuan dan pengalaman yang mengalaminya. Dengan kata lain, untuk memahami arsitektur tidak semata-mata memerlukan kalkulasi dan ingatan, tetapi subyektifitas memainkan peran kunci.

Kerumitan ini sudah disadari lama. Dari sejarah kita bisa membaca banyak eksperimen pendidikan arsitektur dilakukan, seperti di Bahauss, Ulm, dan Black Mountain College misalnya. Secara materi, hampir ketiganya mengajarkan atau membahas hal-hal yang mirip. Semua terkait ruang, material, struktur-konstruksi, dan estetika. Pembeda terbesarnya adalah pada cara mengajarkannya. Tiap institusi tadi mencoba melakukan cara belajar yang berbeda agar pengetahuan arsitektur yang kompleks ini bisa disampaikan sebaik mungkin.

Melalui sesi ini, David Hutama mengajak kita berdiskusi tentang bagaimana pedagogi bekerja dalam proses belajar arsitektur. Apa beda pedagogi dan kurikulum? Dan mengapa pedagogi penting dalam membangun sikap dan mental belajar arsitektur, dan lebih jauh lagi bisa menentukan terbentuknya minat terhadap profesi arsitek dan desain secara umum.


Untuk dapat mengakses kelas Fight for Architecture #4 – Pedagogi?
anda perlu melakukan donasi melalui tautan berikut:

Akses kelas akan dikirimkan ke email atau Whatsapp yang didaftarkan.


Pembicara

David Hutama

David Hutama Setiadi adalah seorang sejarawan dan pengajar arsitektur. Ia pernah bertugas sebagai co-curator dari Pavilion Indonesia untuk Vennice Biennale ke-14 dan ke-16 (2014 & 2018). Sejak 2018 hingga 2020 ia juga terdaftar sebagai Affiliated Research Fellow di KITLV (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Carribean Studies) di Leiden, Belanda. Saat ini, David mengelola NenunRuang, sebuah platform pendidikan terbuka untuk arsitektur dan desain di Indonesia.


Berapa kelas Fight for Architecture in Broken Ecosystem lainnya bisa diakses di bawah ini:

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s